27 November 2010

Gamelan di Universitas Terkemuka AS

Grup gamelan asal Bandung, Jawa Barat, Kyai Fatahillah, berkolaborasi dengan kelompok gamelan dari Belanda, Ensemble Gending, dalam Yogyakarta Gamelan Festival 2010 di Taman Budaya Yogyakarta, Jumat (16/7) malam. Selain Belanda, festival gamelan yang memasuki tahun ke-15 tersebut juga disemarakkan oleh penampilan grup gamelan dari Singapura dan Amerika Serikat.

Hampir semua universitas terkemuka di Amerika Serikat memiliki program studi gamelan Indonesia, sehingga tidak mengherankan banyak ahli musik tradisional ini di luar negeri, kata mantan Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar, Prof Dr I Wayan Rai S.

"Gamelan Bali yang ada di Amerika Serikat ada 15 jenis dan sekarang ini terus bertambah dari gemalan Jawa, Sunda dan lain-lain," kata I Wayan Rai S pada seminar Mabarung Gong Kebyar yang diselenggarakan ISI Solo, Jumat.

Gamelan berada di luar negeri sejak tahun 1800-an dibawa oleh para kolonial atau bangsa-bangsa barat yang pernah menjajah di Indonesia, sehingga tidak mengherankan jika sekarang telah ada di mana-mana, tambah Guru Besar Komposisi Musik ISI Solo Prof Dr R.Supanggah.

"Gamelan sekarang ini tidak hanya berkembang di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, tetapi juga Australia, Afrika dan bahkan sekarang Asia. Memang gamelan suatu unggulan yang berhasil keluar pagar Indonesia dan ini bisa diterima di kalangan para musisi pada umumnya," katanya.

Di Amerika Serikat, lanjutnya, sekarang ini ada sekitar 600 perangkat gamelan, sehingga tidak mengherankan kalau setiap universitas terkemuka di negara ini memiliki program studi gamelan Indonesia.

Sebenarnya melalui gamelan ini juga merupakan salah satu konsep perekat bangsa ini, karena berdasarkan data yang ada tahun 1870 berbagai musik di Nusantara termasuk di antaranya gamelan telah pentas berkolaborasi di Paris, katanya.

"Jadi seni sebagai alat pemersatu bangsa ini tidak hanya sekarang saja, sejak dulu sudah terjadi dan dilakukan oleh para pendahulu kita dan ini ada bukti-buktinya sampai sekarang," paparnya.

Pada tahun 1870 ada serombongan seniman yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara ini pentas bersama di Paris, dan waktu itu sedang terjadi adanya revolusi industri, katanya.

Menyinggung hasil karya musik sekarang yang jarang menjadi monumental, Supanggah mengatakan bahwa yang disentuh hanya pada seninya saja, sedangkan budayanya jarang disentuh, akibatnya hasil karya seni tersebut hanya enak dinikmati sementara tidak sampai rasa.

http://oase.kompas.com/read/2010/11/26/23120466/Gamelan.di.Universitas.Terkemuka.AS

Tidak ada komentar: