14 November 2009

Perjuangan Seorang Siti Fadhilah

Mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari meluncurkan buku ketiganya di Jakarta, Jumat (6/11) malam, bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke-59. Buku setebal 249 halaman yang diberi judul "Tatkala Leukemia Meretas Cinta" itu berisi catatan harian Siti Fadilah selama enam bulan terakhirnya menjabat sebagai Menteri Kesehatan.

Selain menceritakan kegiatan rutinnya sebagai menteri, perempuan yang lahir di Surakarta pada 6 November 1949 itu juga mengisahkan kehidupannya sebagai isteri dan ibu yang menjelang akhir masa tugasnya harus menghadapi cobaan berat.

Sang suami, Muhammad Supari, divonis menderita leukemia, kanker darah, dan harus menjalani perawatan. Sementara dia, hingga akhir hayat sang suami, masih harus menjalankan tugas sebagai menteri dengan berbagai beban pekerjaan dan masalah. "Ini adalah pengabdian dan kegalauan saya yang saya catat antara bulan Oktober 2008 sampai Maret 2009," katanya dalam pembukaan bukunya.

Yudhistira, sastrawan sahabat Siti Fadilah, mengatakan, buku yang dia sebut novel biografis itu merupakan ungkapan spontan dari seorang mantan pejabat. "Ini adalah novel biografis yang tidak biasa. Ini adalah ungkapan spontan dan jujur dari seorang mantan pejabat negara," katanya.

Dia memuji keseluruhan isi buku itu dan sang penulis. Dia hanya mengkritik sampul buku yang berwarna merah jambu, dengan tulisan judul berwarna pink terang dan gambar skesta potret Siti Fadilah bersama sang suami."Sampulnya kurang cantik," katanya.

Lintang, novelis sahabat Siti Fadilah, juga memuji keberanian Siti Fadilah menuliskan catatan hariannya selama menjadi pejabat dengan sangat terbuka. Ia mencontohkan, pada halaman 36 Siti Fadilah secara terbuka menceritakan bagaimana dia harus membatalkan pembakaran produk makanan mengandung melamin yang membahayakan kesehatan masyarakat atas perintah Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Menurut dia, tidak semua perempuan, apalagi mantan pejabat tinggi negara, berani mengemukakan hal semacam itu secara terbuka kepada publik melalui buku sekalipun. Siti Fadilah sendiri mengatakan, dia menuliskan catatan harian itu untuk berbagi pengalaman tentang perjuangan dan cinta.

Ia, dalam buku itu, banyak menceritakan bagaimana dia, di sela-sela kesibukannya sebagai menteri, harus berusaha sekuat tenaga untuk bisa berada disamping sang suami pada saat-saat terakhirnya. Dia antara lain bercerita tentang bagaimana hari-harinya yang padat dengan tugas, membuat dia tidak sepenuhnya bisa mendampingi sang suami yang harus berjuang melawan maut ketika itu.

Siti Fadilah juga mengatakan, masih akan mengeluarkan satu buku lagi tentang hari-harinya sebagai menteri kesehatan perempuan pertama di Indonesia. "Pada buku keempat saya menulis derap langkah saya selama lima tahun menjadi menteri dan kebijakan yang saya ambil," katanya.

Pada peluncuran buku Siti Fadilah di Hotel Sultan, Jakarta, hadir mantan Menteri Pemuda dan Olah Raga Adhyaksa Dault, mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perampuan Meutia Hatta, Fuad Bawazir, pejabat di lingkungan Departemen Kesehatan dan para kolega Siti Fadilah.

Tidak ada komentar: