03 September 2009

Dulu, Terumbu Karang Itu Bahan Bangunan

Menteri Kelautan dan Perikanan periode 1999-2001, Sarwono Kusumaatmadja, mengungkapkan, pada masa lalu masih banyak orang belum menyadari pentingnya pelestarian terumbu karang. Bahkan, selama ia menempuh pendidikan di Teknik Sipil ITB, ia diajarkan bahwa sumber daya alam yang paling murah dan melimpah adalah terumbu karang.

"Fondasi Bandara Sukarno Hatta menggunakan terumbu karang. Juga Jalan Lintas Sulawesi, SD Inpres dan Puskesmas seluruh Indonesia," ungkap Sarwono, di depan peserta Journalist Seminar "Membangun Komitmen dan Penyadartahuan Pengelolaan Terumbu Karang", pertengahan pekan ini, di Jakarta.

Jadi, menurut anggota DPD DKI Jakarta ini, semua orang berpersepsi bahwa terumbu karang itu bahan bangunan. "Mereka bukan jahat, tapi memang tidak tahu," ujar Sarwono, yang pernah menjabat Menteri Negara Lingkungan Hidup (1993-1998) ini.

Ini, tambah Sarwono, merupakan contoh public policy (kebijakan publik) yang didasari ketidaktahuan. Dan ini, katanya, akan menimbulkan bencana. Namun demikian, kegiatan perusakan alam ini akhirnya dihentikan pada 1996.

Ironis

Pada seminar yang digelar COREMAP II dan dihadiri jurnalis dari berbagai daerah di Indonesia itu, Sarwono memaparkan tentang kekayaan potensi alam, khususnya terumbu karang yang dimiliki Tanah Air kita.

Ia mencontohkan, Taman Nasional Taka Bonerate Sulawesi Tenggara yang memiliki karang atol terbesar ketiga di dunia, setelah Kwajifein di Kepulauan Marshal dan Suvadiva di Kepulauan Moldiva. Atol tersebut luasnya sekitar 220.000 hektar, dengan terumbu karang yang tersebar datar seluas 500 kilometer persegi.

Namun, Sarwono menyangkan Bupati Selayar yang tidak mengetahui kenyataan itu. "Jadi, kita diajari tentang diri kita sendiri oleh orang (bangsa) lain," tukasnya. Menurutnya, kita tidak mungkin bisa menggugah orang kalau kita sendiri tidak tergugah.

Karena itu, sewaktu menjabat Menteri LH, adik kandung diplomat Mochtar Kusumaatmadja itu belajar menyelam (diving), agar bisa melihat langsung kekayaan dan keindahan bawah laut kita. "Kita jangan takut menyelam. Gampang itu. Munculnya kembali yang susah," candanya, diiringi tawa hadirin.

Dalam kesempatan itu, Sarwono menyebut manfaat pelestarian dan budidaya terumbu karang yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. Ia mengkritik piagam Coral Triangle yang dikeluarkan di Manado belum lama ini, yang kurang menekankan pada kesejahteraan masyarakat pesisir.

Padahal, kata Sarwono, kedua hal itu saling berkaitan. "Terumbu karang terjaga, ikan banyak, pendapatan nelayan pun naik," ujar Sarwono.

Di masa datang, tambahnya, perikanan itu akan dibudidayakan, bukan mengandalkan perikanan tangkap. Namun sekarang ini, yang masih menjadi kendala, adalah masalah sumber daya manusia. [TMA]
sumber gatra

Tidak ada komentar: