25 Agustus 2009

Kemilau Baru Belitong (1): Energi Sebuah Novel

Belitung atau Belitong, pulau kecil penghasil timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitong, sedang "booming". Kawasan yang dulu terisolasi itu kini masyhur, didatangi banyak wisatawan, dan masyarakat lokal bergairah menyambut harapan baru. Inilah momentum kebangkitan yang tercipta, antara lain, berkat tetralogi novel "Laskar Pelangi" beserta filmnya.

"Negeri Laskar Pelangi". Begitu masyarakat setempat menjuluki Pulau Belitong-dalam ejaan lama disebut Belitong. Julukan itu kini jadi buah bibir di mana-mana, termasuk menjadi tagline Belitong Pos, koran setempat.

Semua itu tak lepas dari sukses tetralogi novel karya Andrea Hirata (pemuda asal Gantung, Belitong Timur): Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Novel itu berkisah perjuangan anak-anak di pulau tersebut untuk bersekolah di tengah keterbatasan fasilitas pendidikan. Setelah melewati berbagai hambatan, beberapa anak sukses melanjutkan studi ke Jakarta, bahkan di Eropa.

Seperti diketahui, novel yang pertama kali diterbitkan Bentang Pustaka tahun 2005 itu meledak dengan mencetak angka penjualan lebih dari sejuta eksemplar. Karya ini menjadi fenomenal dan memberikan inspirasi bagi banyak orang.

"Mungkin karena ceritanya adalah kisah semua orang, yang harus berjuang mengatasi buruknya pendidikan di Tanah Air," kata Andrea Hirata pada satu waktu.

Saat diangkat jadi film tahun 2008, Laskar Pelangi dengan sutradara Riri Riza juga sukses dipasaran. Selama beberapa bulan tayang di bioskop, film garapan Miles Films dan Mizan Productions itu ditonton sekitar 4,6 juta orang. Kualitas film itu juga diapresiasi secara internasional, termasuk dengan masuk dalam seksi panorama di Berlinale International Film Festival awal tahun 2009.

Novel dan film itu tentu saja mengangkat popularitas Belitong. Pulau kecil yang dulu hanya dikenal sebagai penghasil timah menjadi masyhur di seantero Nusantara, bahkan mancanegara. "Film sangat mudah mempromosikan suatu kawasan karena memotret secara hidup pemandangan, budaya, dialek, dan masyarakatnya," kata Riri Riza.

sumber : kompas.com

Tidak ada komentar: