25 Agustus 2009

Kemilau Baru Belitong (2): Negeri Laskar Pelangi

Sukses novel dan film Laskar Pelangi segera memicu harapan baru bagi masyarakat dan pemerintah setempat. Dengan pasang julukan "Negeri Laskar Pelangi", mereka berusaha mendorong kebangkitan Pulau Belitong- yang kini terbagi dalam dua kabupaten: Belitong dan Belitong Timur. Itu terlihat dari penyegaran wajah kota, peningkatan wisatawan, dan gairah masyarakat menyambut harapan baru.

Perubahan terbesar tampak di Manggar, ibu kota Belitong Timur, yang kini memiliki kompleks perkantoran yang bagus. Hampir semua jalan raya penting di pulau itu, misalnya, sudah beraspal mulus, bahkan hingga masuk ke pelosok menuju pantai yang dijadikan obyek wisata. Jalan raya di tengah kota diperlebar. Beberapa gedung baru tengah dibangun, termasuk beberapa yang dikabarkan akan dijadikan hotel.

Perubahan di sektor wisata tampak di sekitar Tanjung Pandan, ibu kota Belitong. Pantai Tanjung Tinggi dan Tanjung Kelayang-dua pantai indah berjarak sekitar 25 kilometer dari Tanjung Pandan, yang dijadikan tempat shooting Laskar Pelangi-kini ramai dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara.

Rod Swift (61), warga Inggris, contohnya, sangat menikmati pantai itu karena punya pasir putih, air jernih, dan batu susunan granit indah luar biasa. "Rasanya saya ingin mati tua di sini saja," katanya dengan mimik serius.

Lonjakan wisatawan

Meski belum ada catatan resmi, masyarakat lokal, para pedagang suvenir, dan pengelola penginapan merasakan lonjakan wisatawan setelah ledakan novel dan film Laskar Pelangi. Mereka itu bisa wisatawan biasa, kelompok fotografer, atau turis asing. "Dulu, pantai ini sepi. Sekarang ramai sekali dan puluhan tamu menginap di sini," kata Rudi Helwansa, manajer Kelayang Beach Cottages di Tanjung Kelayang.

Di Belitong Timur, efek novel dan film pada wisata lebih kentara lagi. Sebagian turis sengaja datang demi menelusuri jejak Laskar Pelangi di Gantong. Mereka menengok sekolah bekas pembuatan film yang hampir roboh, mengunjungi rumah Ikal dan Bu Muslimah (dua tokoh penting dalam cerita), dan melihat pasar Gantong.

"Bahkan, ada paket tur khusus Laskar Pelangi," kata Yusmawandi, Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitong Timur.

Pemilik rumah yang dijadikan shooting film pun merasakan kunjungan wisatawan. "Lebih dari 200 orang yang bertamu. Rumah ini masuk majalah," kata Ahmad Ismail (70), pemilik rumah untuk shooting rumah Ikal dan Pak Arfan.

Tentu saja proses produksi film itu sendiri-seperti film Sang Pemimpi yang digarap selama 1,5 bulan di Belitong-juga memberi efek ekonomi tersendiri. Dari total Rp 11 miliar biaya produksi, kata Mira Lesmana dari Miles Films, hampir Rp 4 miliar dihabiskan di Belitong, antara lain untuk honor kru lokal, katering, penginapan, dan rental mobil.

Karya kreatif

Kebangkitan Belitong mencuat menyusul sukses tetralogi novel dan film Laskar Pelangi. Situasi ini mirip dengan Kota Wellington di Selandia Baru yang tumbuh cepat setelah dijadikan markas utama pembuatan film trilogi The Lord of The Ring. Begitu pula sukses film Slumdog Millionaire yang segera menarik perhatian dunia pada kehidupan kaum miskin di tengah kota Mumbai, India.

Semua itu seperti meneguhkan tesis Richard Florida, ahli studi kota asal Amerika Serikat: kemajuan kota didorong kelas kreatif yang berdaya inovasi tinggi sehingga bisa menggerakkan perubahan sosial, ekonomi, dan politik. Di Belitong, tetralogi novel dan film Laskar Pelangi telah memompa energi memajukan pulau itu. Masyarakat berharap, energi itu segera diikuti program nyata, seperti menyiapkan infrastruktur wisata, seperti transportasi, promosi, dan penginapan yang masih sangat minim.

"Jika pemerintah masih terus gagap, momen ini bisa hilang," kata Saderi (68), tokoh masyarakat di Gantong.


umber : Kompas.com

Tidak ada komentar: